Jujun Suriasumantri berpendapat, bahwa semua pengetahuan apakah
itu ilmu, seni atau pengetahuan apa saja
pada dasarnya memilki tiga landasan
yaitu, ontologis, epistimologis, dan aksiologis.
a)
Landasan
Ontologi
Ontologi membahas tentang apa yang ingin
diketahui atau dengan kata lain merupakan suatu pengkajian mengenai teori
tentang ada. Dasar ontologis dari ilmu berhubungan dengan materi yang menjadi
objek penelaahan ilmu.
Berdasarkan objek yang telah
ditelaahnya, ilmu dapat disebut sebagai pengetahuan empiris, karena objeknya
adalah sesuatu yang berada dalam jangkauan pengalaman manuskia yang mencakup
seluruh aspek kehidupan yang dapat diuji oleh panca indera manusia. Berlainan
dengan agama atau bentuk-bentuk pengetahuan yang lain, ilmu membatasi diri
hanya kepada kejadian-kejadian yang empiris, selalu berorientasi terhadap dunia
empiris.
Dilihat dari landasan ontologi, maka
ilmu akan berlainan dengan bentuk-bentuk pengetahuan lainnya. Ilmu yang
mengkaji problem-problem yang telah diketahui atau yang ingin diketahui yang
tidak terselesaikan dalam pengetahuan sehari-hari. Masalah yang dihadapi adalah
masalah nyata. Ilmu menjelaskan berbagai fenomena yang memungkinkan manusia
melakukan tindakan untuk menguasai fenomena tersebut berdasarkan penjelasan
yang ada.
Ilmu dimulai dari kesangsian atau
keragu-raguan bukan dimulai dari kepastian, sehingga berbeda dengan agama yang
dimulai kepastian. Ilmu memulai dari keragu-raguan akan objek yang berada dalam
jangkauan pengalaman manusia. Objek pengenalan ilmu mencakup kejadian-kejadian
atau seluruh aspek kehidupan yang dapat diuji oleh pengalaman manusia.
Jadi ontologi ilmu adalah ciri-ciri
yang essensial dari objek ilmu yang berlaku umum, artinya dapat berlaku juga
bagi cabang-cabang ilmu yang lain. Ilmu berdasar beberapa asumsi dasar untuk
mendapatkan pengetahuan tentang fenomena yang menampak. Asumsi dasar ialah
anggapan yang merupakan dasar dan titik tolak bagi kegiatan setiap cabang ilmu
pengetahuan. Asumsi dasar ini menurut Endang Saifudin ada dua macam sumbernya:
Pertama, mengambil dari poslutat,
yaitu kebenaran-kebenaran apriori, yaitu dalil yang dianggap benar walaupun
kebenarannya tidak dapat dibuktikan, kebenaran yang sudah diterima sebelumnya
secara mutlak. Kedua, mengambil dari teori sarjana atau ahli yang lain
terdahulu, yang kebenarannya disangsikan lagi oleh masyarakat, terutama oleh si
penyelidik itu sendiri.
Megenai asumsi dasar dalam keilmuan,
Harsojo menybutkan tentang macamnya dalam karangan “apakah ilmu itu dan ilmu
gabungan tentang tingkah laku manusia” meliputi:
1.
Dunia itu ada, dan kita dapat mengetahui bahwa dunia itu benar ada. Apakah benar dunia ada? Pertanyaan itu bukanlah pertanyaan
ilmiah, melainkan pertanyaan filsafat. Oleh karena itu ilmu yang kita pelajari
itu adalah ilmu pengetahuan empiris, maka landasanya adalah dunia empiris itu
sendiri, yang eksistensinya tidak diragukan lagi. “Dunia itu ada” diterima oleh
ilmu dengan begitu saja, dengan apriori atau dengan kepercayaan. Setelah ilmu
menerima kebenaran eksistensi dunia empiris itu, barulah ilmu mengajukan
pertanyaan-pertanyaan lebih lanjut, seperti misalnya: Bagaimanakah dunia
empiris alam dan social itu tersusun.
2.
Dunia empiris itu dapat diketahui oleh manusia melalui pancaindera.
Mungkin ada jalan-jalan lain untuk mendapatkan pengetahuan mengenai
dunia empiris itu, akan tetapi bagi ilmu satu-satunya ialah jalan untuk
mengetahui fakta ilmiah adalah melalui pancaindera. Adanya penyempurnaan
terhadap pancaindera manusia dengan membuat alat-alat ekstension yang lebih
halus … tidak mengurangi kenyataan bahwa pengetahuan tentang dunia empiris itu
diperoleh melalui pancaindera. Ilmu bersandar kepada kemampuan pancaindera
manusia beserta alat-alat ekstentionnya.
3.
Fenoma-fenomena yang terdapat di dunia ini berhubungan satu sama
lain secara kausal. Berdasarkan
atas postulat bahwa fenomena-fenomena di dunia itu saling berhubungan secara
kausal, maka ilmu nencoba untuk mencari dan menemukan sistem, struktur,
organisasi, pola-pola dan kaidah-kaidah di belakang fenomena-fenomena itu,
dengn jalan menggunakan metode ilmiahnya.
b)
Landasan Epistemologis
Epistimologi membahas secara
mendalam segenap proses yang terlibat dalam usaha untuk memperoleh pengetahuan.
Dengan kata lain, epistimologi adalah suatu teori pengetahuan. Ilmu merupakan
pengetahuan yang diperoleh melalui proses tertentu yang dinamakan metode
keilmuan. Kegiatan dalam mencari pengetahuan tentang apapun selama hal itu
terbatas pada objek empiris dan pengetahuan tersebut diperoleh dengan
menggunakan metode keilmuan, sah disebut keilmuan. Kata-kata sifat keilmuan lebih
mencerminkan hakikat ilmu daripada istilah ilmu sebagai kata benda. Hakikat
keilmuan ditentukan oleh cara berfikir yang dilakukan menurut syarat keilmuan
yaitu bersifat terbuka dan menjunjung kebenaran diatas segala-segalanya (Jujun
S. Suriasumantri, 1991, hal 9).
c)
Landasan Aksiologis
Dasar aksiologis ilmu membahas
tentang manfaat yang diperoleh manusia dari pengetahuan yang didapatkannya.
Tidak dapat dipungkiri bahawa ilmu telah memberikan kemudahan-kemudahan bagi
manusia dalam menegndalikan kekuatan-kekuatan alam. Dengan mempelajari atom
kita dapat memanfaatkannya untuk sumber energi bagi keselamatan manusia, tetapi
hal ini juga dapat menimbulkan malapetaka bagi manusia, tetapi hal ini juga
dapat menimbulkan malapetaka bagi manusia. Penciptaan bom akan meningkatkan
kualitas persenjataan dalam perang, sehingga jika senjata itu dipergunakan akan
mengancam keselamatan umat manusia.
epistemologi adalah bagian ilmu yang
membahas pengetahuan manusia dalam berbagai jenis dan ukuran kebenarannya.
Karena itu dalam pembahasan epistemologi biasanya berhubungan dengan apa itu
pengetahuan? Apa yang dapat kita ketahui? Bagaimana cara kita mengetahui
sesuatu? Bagaimana relasi pengetahuan dengan kepercayaan, konsepsi, persepsi,
intuisi, dan sebagainya? sampai persoalan apa yang menjadi ukuran kebenaran
bagi pengetahuan tersebut?.
Secara umum dipahami bahwa
epistemologi menjadi landasan nalar filsafat, untuk memberikan keteguhan dan
kekukuhannya bahwa manusia dapat memperoleh kebenaran dan pengetahuan. Di bawah
ini, dapat disebutkan beberapa nilai penting epistemologi, yaitu:
1)
Epistemologi
memberikan kepercayaan bahwa manusia mampu mencapai pengetahuan. Kita ketahui bahwa pada masa Yunani Kuno, ada
kelompok sophis yang menggugat kemampuan manusia untuk memperoleh pengetahuan,
dan masa kini kelompok ini lebih dikenal dengan skeptisisme dan agnotisisme.
Kelompok ini menegaskan bahwa manusia tidak memiliki pengetahuan, karena tidak
ada fondasi yang pasti bagi pengetahuan kita. Untuk itulah, maka kajian
epistemologi penting guna mengupas problematika ini sehingga kita dapat
menyatakan bahwa manusia dapat memperoleh pengetahuan dan mendapatkan
kepastian.
2)
Epistemologi
memberikan manusia keyakinan yang kuat akan pandangan dunia (world view) dan
ideologi yang dianutnya.
Agama berisi pandangan dunia, pandangan dunia diperoleh melalui penalaran
filsafat yang basisnya epistemologi. Karena itu, jika epistemologinya kokoh,
maka kajian filsafatnya juga akan kokoh sehingga pandangan dunia dan ideologi,
serta agama yang dianut pun akan memiliki kekokohan dan keutuhan.
3)
Di
dunia ini banyak aliran pemikiran yang berkembang dan terus disosialisasikan
oleh para penganutnya. Karena setiap aliran pemikiran didapat dari penyimpulan
pengetahuan, ini berarti pemikiran juga berurusan dengan epistemologi. Untuk
itu, epistemologi akan memberikan kita kemampuan untuk memilih dan memilah
pemikiran yang berkembang dan membanding-bandingkannya sehingga diketahui mana
yang benar dan mana yang keliru.
4)
Epistemologi
mengukuhkan nilai dan kemampuan akal serta kebenaran dan kesahihan metodenya
dalam mendapatkan pengetahuan yang benar.
Bagi kalangan empirisme, indera merupakan jalan utama memperoleh pengetahuan.
Adapun akal, tidak dapat memberikan kita pengetahuan tentang dunia,
karena—seperti dikatakan David Hume—semua yang masuk akal tentang dunia adalah
bersifat induktif, dan pemikiran induktif tidak menjamin kebenaran hasilnya.
Jadi epistemologi akan mengkaji leshahihan metode akal atau pun metode empiris.
5)
Salah
satu hal yang sering kita lakukan adalah tindakan akumulatif pengetahuan.
Artinya, manusia memiliki kemampuan untuk memperbanyak pengetahuan dari
berbagai hal yang umumnya telah kita ketahui terlebih dahulu. Untuk itulah,
epistemologi memberikan sarana bagi manusia untuk melipatgandakan
pengetahuannya dari bahan-bahan dasar yang telah ada dalam mentalnya melalui
teknik-teknik yang sistematis dan teratur.
Kesimpulan
Pandangan para ilmuan tentang pentingnya pertimbangan nilai memang
dapat dibedakan menjadi dua kelompok, namun keduanya tidak saling bertentangan.
Pertimbangan nilai etik dan kemanfaatan tidak dimaksudkan untuk mengubah
ciri-ciri metode ilmiah, melainkan untuk menjamin kepentingan masyarakat.
Landasan ontologis dari ilmu pengetahuan adalah analisi tentang
objek materi dari ilmu pengetahuan. Objek materi ilmu pengetahuan adalah
hal-hal atau benda-benda empiris.
Landasan epistemologis dari ilmu pengetahuan adalah analisis tentang
proses tersusunnya ilmu pengetahuan. Ilmu pengetahuan disusun melalui proses
yang disebut metode Ilmiah (keilmuan).
Landasan aksiologis dari ilmu pengetahuan adalah analisis tentang
penerapan hasil-hasil temuan ilmu pengetahuan. Penerapan ilmu pengetahuan di maksudkan
untuk memudahkan pemenuhan kebutuhan-kebutuhan dan keluhuruan hidup manusia.
DAFTAR PUSTAKA
Soejono
Soemargono. 1983. Filsafat Ilmu Pengetahuan. Nur Cahaya: Yogyakarta.
Yuyun
S. Suriasumantri. 1991. Ilmu dalam Perspektif. Gramedia: Jakarta.
Tim Dosen Filsafat Ilmu fakultas filsafat UGM. Filsafat Ilmu.Liberty:Yogyakarta.
http://imdikotaparepare.blogspot.com/2012/11/epistemologi-sebagai-landasan.html